Menjadi orang tua,
artinya kita harus belajar seumur hidup. Kenapa kita harus terus belajar
menjadi orang tua? Karena tidak ada sekolah khusus untuk menjadi ibu ataupun
ayah sebelum kita menikah, oleh karena itu, sering terjadi kesalahan dalam
mendidik anak.
Begitu banyak orang tua
yang memanjakan anak, segala kemauannya selalu dituruti, akibatnya setelah
dewasa lupa memberi karena selalu diberi. Begitu pun, banyak orang tua yang mendidik
anaknya terlalu keras sehingga anak menjadi salah jalan, dan menjadi benci pada
orang tuanya. Naudzubillah.
Sebagai orang tua mencintai
anak memang sebuah keharusan tapi mencintai dengan bebas dalam arti memanjakan anak
dengan memenuhi segala keinginannya adalah sebuah kesalahan. Begitu pun
sebaliknya, setiap keinginan orang tua harus dituruti anak pun sama sebuah
kesalahan. Karena dalam mendidik anak cinta saja tidak cukup karena harus ada
logika yang mengiringinya.
Kalau begitu bagaimana
cara agar kita bisa mendidik anak dengan cinta dan logika?
Sebelumnya, hal yang harus
kita ketahui adalah ada empat tipe pola asuh yaitu tipe helikopter,sersan
pelatih, otoriter dan otoratif. Tipe helikopter adalah gaya pengasuhan dimana orang tua terlalu
memberikan perlindungan pada anak, meskipun salah selalu diselamatkan dan
seakan anak tidak bisa menjalani hidup tanpa kehadiran ibunya. Sedangkan tipe
sersan pelatih adalah saat anak dididik dengan cara keras, teriakan menjadi
makanan sehari-hari serta anak tidak diberi kesempatan berpikir untuk mengambil
keputusan. Tipe otoriter lebih keras dari gaya sersan pelatih, dimana apa yang
diinginkan orang tua harus dipenuhi anak, semua diatur oleh orang tua. Dan,
tipe keempat yaitu tipe otoratif yaitu tipe pengasuhan seimbang diamana, apa
yang diharapkan orang tua selalu dikomunikasikan dengan anak, dan disampaikan
dengan jelas serta mensupportnya untuk meraih harapan-harapan kedua orang
tuanya.
Nah, mari kita bercermin
termasuk tipe pola asuh yang manakah kita selama ini? Jawabannya ada dihati
masing-masing.
Jika jawabannya kita
termasuk dua tipe pola asuh diatas, maka mulailah untuk merubahnya dengan cara
pengasuhan cinta dan logika.
Bagaimana memulainya?
Menurut Bu Elly Risman, ada 4 tips pengasuhan cinta dan logika yaitu:
1. Anak
adalah pinjaman.
Menyadari bahwa anak itu hanyalah
pinjaman, bukan hak milik. Untuk itu, kitalah orang tua yang akan dimintai
pertanggungjawaban bukan pengasuhnya, bukan neneknya ataupun yang lainnya.
2. Memutuskan
masa lalu.
Tanpa kita sadari inner child kita
sering mempengaruhi pola asuh kita terhadap anak-anak. Untuk itu, hilangkanlah
dulu inner child kita, bisa dengan sholat dan perbanyak dzikir. Jika Inner
child ini belum hilang, maka pola asuh yang salah dari orang tua kita akan
selalu terulang kembali karena sudah mewarnai pikiran kita selama
bertahun-tahun.
3. Bangun
konsep diri yang positif terhadap anak
4.
Belajar
dari kegagalan dan ajarkan anak untuk bertanggung jawab atas kesalahannya.
Saat mengikuti seminar
ini, saya bagai kena teguran, bahwa ternyata bukan anak yang salah tapi, kita
sebagai orang tua yang banyak salah terutama saat mendidik mereka. Terkadang
kita ingin anak-anak menjadi anak yang sholeh dan sholehah, tanpa berkaca pada
diri sendiri sudahkah kita merawat dan mendidik mereka dengan baik?
Yang terakhir, sadarilah
anak itu adalah amanah, titipan dari Allah, maka kita sebagai orang tua yang
harus mendidik langsung bukan diserahkan pada pengasuh atau siapapun. Jadi,
jangan salahkan pengasuh ataupun lingkungan jika anak kita melakukan hal-hal
yang tidak baik, tapi salahkan diri kita yang terkadang lebih mementingkan kepentingan
sendiri daripada menjalankan tugas menjadi orang tua yang selalu mendampingi
anak-anaknya dengan baik.
#KuliahUmumIIP
#BundaEllyRisman
Tulisan yang menari tentang pendidikan anak. anak saya lelaki saya ajarin sesukanya mengenal sesuatu, lalu diberi penjelasan.
BalasHapusYa,biarkan anak banyak belajar karena memang sedang masanya banyak bertanya dan keinginan tahuannya tentang sesuatu itu sangat besar
Hapus